Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa ekonomi Inggris akan memasuki fase suram pada 2023. Hal ini terjadi saat negara itu masih terus bergelut dengan tingginya harga energi di tengah perang Rusia-Ukraina.
Peneliti IMF memaparkan ekonomi Inggris diproyeksikan menyusut 0,3% pada 2023. Ini merupakan yang terburuk di antara negara-negara anggota G20, dan juga salah satu yang terendah di kalangan negara aliansi G7.
“Paparan Inggris terhadap harga gas yang tinggi, kenaikan suku bunga dan kinerja perdagangan yang lamban sebagai alasan kinerja ekonomi yang lemah,” ujar hasil analisis itu dikutipĀ BBC, Rabu (12/4/2023).
Meskipun Inggris diperkirakan memiliki kinerja ekonomi terburuk tahun ini, ramalan terbaru IMF sedikit lebih baik dari ekspektasi sebelumnya tentang kontraksi 0,6% yang dibuat pada Januari. IMF juga menambahkan ekonomi Negeri Raja Charles itu akan tumbuh 1% pada tahun 2024 mendatang.
Menanggapi prediksi IMF terbaru, Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt mengatakan angka ini sebenarnya merupakan peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan negara G7 lainnya.
“IMF sekarang mengatakan kami berada di jalur yang benar untuk pertumbuhan ekonomi. Dengan tetap berpegang pada rencana kami akan mengurangi lebih dari separuh inflasi tahun ini, mengurangi tekanan pada semua orang.”
Namun Rachel Reeves, menteri bayangan Partai Buruh, mengatakan perkiraan tersebut menunjukkan ‘seberapa jauh London terus tertinggal di panggung global’.
“Ini penting bukan hanya karena 13 tahun pertumbuhan rendah di bawah Tories (Partai Konservatif) melemahkan ekonomi kita, tetapi karena itulah mengapa keluarga menjadi lebih buruk, menghadapi penalti hipotek Tory dan melihat standar hidup jatuh pada tingkat tercepat sejak pencatatan dimulai,” tambahnya.
Serupa, Juru bicara Departemen Keuangan kubu Liberal Demokrat, Sarah Olney, mengatakan ramalan itu adalah ‘dakwaan lain yang memberatkan atas catatan ekonomi pemerintah Konservatif ini’.
Sementara itu, secara terpisah, IMF juga memperkirakan suku bunga riil di negara-negara maju akan turun ke tingkat pra-pandemi karena produktivitas yang rendah dan populasi yang menua.
Bank-bank sentral di Inggris, AS, Eropa, dan negara-negara lain telah menaikkan suku bunga untuk melawan laju inflasi. Di Inggris, inflasi berada pada titik tertinggi selama hampir 40 tahun karena kenaikan harga energi dan melonjaknya harga pangan.
Sebagai tanggapan, Bank of England telah menaikkan suku bunga, dan bulan lalu menaikkannya menjadi 4,25%. Namun, dalam sebuah catatan, IMF mengatakan bahwa peningkatan suku bunga riil baru-baru ini cenderung bersifat sementara.